Rabu, 23 November 2016

Gejala Penyakit Malaria, Penyebab, Pencegahan dan Pengobatan Penyakit Malaria




Gejala Penyakit Malaria,
Penyebab, Pencegahan dan Pengobatan Penyakit Malaria


Penyakit Malaria adalah penyakit menular akibat infeksi parasit plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk malaria yang bernama Anopheles. Nyamuk Anopheles penyebab penyakit malaria ini banyak terdapat pada daerah dengan iklim sedang khususnya di benua Afrika dan India. Termasuk juga di Indonesia.
Parasit plasmodium yang ditularkan nyamuk ini menyerang sel darah merah. Sampai saat ini ada empat jenis plasmodium yang mampu menginfeksi manusia yaitu plasmodium vivax, plasmodium malariae, plasmodium ovale dan plasmodium falciparum. Plasmodium falciparum merupakan yang paling berbahaya dan dapat mengancam nyawa.
Setiap tahunnya, sekitar 1,2 juta orang di seluruh dunia meninggal karena penyakit malaria. Demikian menurut data terbaru yang dimuat dalam jurnal kesehatan Inggris, The Lancet. Angka yang dilansir itu jauh lebih tinggi dari perkiraan WHO tahun 2010 yakni 655.000.
Banyak yang mengira penyakit malaria sama dengan demam berdarah karena punya gejala yang mirip dan sama-sama ditularkan oleh nyamuk. Namun perlu diketahui bahwa keduanya berbeda. Malaria disebabkan oleh nyamuk anopheles yang membawa parasit plasmodium, sementara demam berdarah disebabkan oleh nyamuk Aedes Aegypti yang membawa visrus Dengue.


Gejala Penyakit Malaria
Gejala malaria mirip dengan gejala flu biasa. Penderita mengalami demam, menggigil, nyeri otot persendian dan sakit kepala. Penderita mengalami mual, muntah, batuk dan diare. Gejala khas malaria adalah adanya siklus menggigil, demam dan berkeringat yang terjadi berulang ulang. Pengulangan bisa berlangsung tiap hari, dua hari sekali atau tiga hari sekali tergantung jenis malaria yang menginfeksi. Gejala lain warna kuning pada kulit akibat rusaknya sel darah merah dan sel hati.

Infeksi awal malaria umumnya memiliki tanda dan gejala sebagai berikut :
Menggigil
Demam tinggi
Berkeringat secara berlebihan seiring menurunnya suhu tubuh
Mengalami ketidaknyamanan dan kegelisahan (malaise)

Tanda dan gejala lain antara lain:
Sakit kepala
Mual
Muntah
Diare

Dalam beberapa kasus, parasit penyebab malaria bisa bertahan dalam tubuh manusia selama beberapa bulan. Sementara itu, infeksi akibat parasit P. falciparum biasanya lebih serius dan lebih mengancam nyawa. Sehingga ketika merasakan gejala tersebut, penangan dokter lebih awal sangat disarankan.

Penyebab, Penularan & Faktor Risiko
Meski memiliki gejala yang hampir mirip, malaria dan demam berdarah disebabkan oleh nyamuk yang berbeda. Nyamuk penyebab demam berdarah adalah Aedes Aegypti, dan menyerang pada siang hari. Sementara nyamuk Anopheles penyebab malaria menyerang pada pagi dan sore hari.

Penyebab Penyakit Malaria
Parasit yang menyebabkan malaria disebut plasmodium. Ada 170 jenis plasmodium, tapi hanya empat yang menyebabkan malaria pada manusia :
P. falciparum, merupakan jenis yang banyak terdapat di Afrika dan menyebabkan gejala yang parah.
P. vivax, merupakan jenis yang banyak terdapat di daerah tropis Asia.
P. malariae, banyak terdapat di Afrika dan dapat berdiam di aliran darah tanpa menimbulkan gejala apapun untuk beberapa tahun.
P. ovale, banyak terdapat di Afrika bagian barat.

Proses Penularan Penyakit Malaria
Penularan parasit plasmodium kepada manusia adalah melalui nyamuk anopheles betina. Ketika nyamuk menggigit seseorang yang terinfeksi malaria, nyamuk tersebut menyedot parasit yang disebut gametocytes. Parasit tersebut menyelesaikan siklus pertumbuhannya di dalam tubuh nyamuk dan kemudian merambat ke kelenjar ludah nyamuk. Pada saat menggigit anda, nyamuk ini menyuntikan parasit ke aliran darah anda. Menuju hati kemudian melipatgandakan diri. Bentuk penularan lain yang dapat terjadi dapat berupa penularan dari wanita hamil ke janin. Malaria juga dapat menular melalui transfusi darah.

Faktor Risiko Terkena Penyakit Malaria
Mereka yang memiliki imunitas rendah terhadap malaria memiliki risiko yang lebih besar. Hal ini berlawanan dengan mereka yang tinggal di daerah endemik karena telah memiliki imunitas terhadap malaria.

Mereka yang berisiko mengalami malaria antara lain:
Anak-anak dan bayi
Pelancong yang datang dari wilayah tanpa malaria
Wanita hamil dan janinnya



Pencegahan dan Cara Pengobatan

Tidak ada vaksin yang efektif untuk melawan malaria. Pada negara-negara endemik cara pencegahannya adalah dengan menjauhkan nyamuk dari manusia dengan memakai obat nyamuk atau jaring nyamuk. 

Cara Pencegahan
Biasanya pemerintah melakukan foging (pengasapan) di tempat-tempat endemik malaria. Namun kita juga bisa melakukan pencegahan seperti berikut:
Menghindari gigitan nyamuk dengan memakai baju tertutup, Menggunakan krim anti nyamuk, Memasang kelambu anti nyamuk. Jika Anda akan bepergian ke tempat di mana banyak nyamuk malaria mengancam, konsultasikan dulu dengan dokter
Jangan keluar rumah setelah senja, Menyemprotkan obat nyamuk di kamar tidur dan isi rumah. Jangan lupa, jaga kesehatan diri dengan makan makanan bergizi dan olahraga teratur untuk meningkatkan sistem imun dan mencegah serangan penyakit malaria!


Cara Pengobatan
Ada tiga faktor yang harus diperhatikan dalam pengobatan malaria yaitu : jenis plasmodium yang menginfeksi, keadaan klinis pasien (usia dan kehamilan) dan jenis obat yang cocok untuk plasmodium penginfeksi. Jenis obat tergantung dari daerah geografis tempat plasmodium tersebut hidup. Hal tersebut disebabkan adanya plasmodium yang sudah resisten terhadap beberapa obat pada daerah daerah tertentu.
Malaria ringan dapat diberikan obat oral. Sedangkan malaria berat yang mempunyai gejala klinis perdarahan harus di observasi di rumah sakit dengan pengobatan intra vena.


Asal Usul Minahasa



SEJARAH MINAHASA
Asal Usul Minahasa
Minahasa berasal dari kata MINAESA yang berarti persatuan, yang mana zaman dahulu Minahasa dikenal dengan namaMALESUNG.
Menurut penyelidikan dari Wilken dan Graafland bahwa pemukiman nenek moyang orang Minahasa dahulunya di sekitar pegununggan Wulur Mahatus, kemudian berkembang dan berpindah ke Mieutakan (daerah sekitar tompaso baru saat ini).
Orang minahasa yang dikenal dengan keturunan Toar Lumimuut pada waktu itu dibagi dalam 3 (tiga) golongan yaitu :
  •     Makarua Siow : para pengatur Ibadah dan Adat
  •     Makatelu Pitu : yang mengatur pemerintahan
  •     Pasiowan Telu : Rakyat
Berdasarkan penyelidikan Dr. J.P.G. Riedel, sekitar tahun 670 di Minahasa telah terjadi suatu musyawarah di watu Pinawetengan yang dimaksud untuk menegakkan adat istiadat serta pembagian wilayah Minahasa. Pembagian wilayah minahasa tersebut dibagi dalam beberapa anak suku, yaitu:
  •     Anak suku Tontewoh (Tonsea) : wilayahnya ke timur laut
  •     Anak suku Tombulu : wilayahnya menuju utara
  •     Anak suku Toulour : menuju timur (atep)
  •     Anak suku Tompekawa : ke barat laut, menempati sebelah timur tombasian besar
Pada saat itu  belum semua daratan minahasa ditempati, baru sampai di garisan Sungai Ranoyapo, Gunung Soputan, Gunung Kawatak, Sungai Rumbia. nanti setelah permulaan  abad XV dengan semakin berkembangnya keturunan Toar Lumimuut, dan terjadinya perang dengan Bolaang Mongondow, maka penyebaran penduduk makin meluas keseluruh daerah minahasa. hal ini sejalan dengan perkembangan anak suku sepert anak suku Tonsea, Tombulu, Toulour, Tountemboan, Tonsawang, Ponosakan dan bantik.
Di Minahasa sejak dahulu tidak mengenal adanya pemerintahan yang diperintah oleh raja. Yang ada adalah:
  • Walian :Pemimpin agama / adat serta dukun
  • Tonaas : Orang keras, yang ahli dibidang pertanian, kewanuaan, mereka yang dipilih menjadi kepala walak
  • Teterusan : Panglima perang
  • Potuasan : Penasehat
Dengan lembaran Negara  Nomor 64 Tahun 1919, minahasa di jadikan daerah otonom. Pada saat itu minahasa terbagi dalam 16 distrik : distrik tonsea, manado, bantik, maumbi, tondano, touliang, tomohon, sarongsong, tombariri, sonder, kawangkoan, rumoong, tombasian, pineleng, tonsawang, dan tompaso. Tahun 1925, 16 distrik tersebut dirubah menjadi 6 distrik yaitu distrik manado, tonsea, tomohon, kawangkoan, ratahan, dan amurang.
Sejalan dengan perkembangan otonomi maka tahun 1919, kota Manado yang berada di tanah Minahasa, diberikan pula otonom menjadi Wilayah Kota manado. Kemudian karena kemajuan yang semakin cepat, maka status kecamatan Bitung, berdasarkan Peraturan pemerintah nomor 4 Yahun 1975 Tanggal 10 April 1975 telah ditetapkan menjadi Kota Administratif Bitung, dan selanjutnya pada tahun 1982 ditetapkan menjadi Kota Bitung.
Dalam rangka untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna dalam rentang kendali penyelenggaraan tugas pemerintahan, pelaksanaan pembangunan serta pembinaan dan pelayanan masyarakat usulan pembentukan kabupaten Minahasa Selatan dan Kota Tomohon diproses bersama-sama dengan 25 calon Kabupaten/Kota diseluruh Indonesia, dan setelah melalui proses persetujuan DPR-RI, maka Kabupaten Minahasa Selatan dan Kota Tomohon ditetapkan menjadi Kabupaten dan Kota Otonom di Indonesia melalui UU Nomor 10 tahun 2003 tertanggal 25 Pebruari 2003. Pada tanggal 21 Nopember 2003 dengan UU Nomor 33 Tahun 2003 , Kabupaten Minahasa Utara ditetapkan  menjadi daerah otonom yang baru. Kab. Minahasa Selatan pada tanggal 23 Mei 2007 juga telah memekarkan Kabupaten Minahasa Tenggara.
Dengan adanya Pemekaran tersebut maka wilayah Minahasa menjadi 4 (empat) Kabupaten (Kabupaten Minahasa, Minahasa Selatan, Minahasa Utara, Minahasa Tenggara) dan 3 (tiga) Kota (Kota Manado, Bitung dan Tomohon).

Sekilas Sejarah Perkembangan Tanah Minahasa
Sejak awal hingga saat ini, tanah Minahasa berkembang dengan begitu pesatnya. Dalam usaha dan upaya untuk meningkatkan kecintaan masyarakat yang berasal dari Minahasa atau keturunan Toar Lumimuut, hendaknya dapat mengikuti perjalanan panjang sejarah perkembangan tanah Minahasa sehingga nantinya dapat mengambil inisiatif berperan secara aktif dan kreatif dalam membangun tanah Minahasa.
Lambang Daerah Kabupaten Minahasa
Adapun sejarah perkembangan tanah Minahasa di ProvinsiSulawesi Utara (Sulut), adalah sebagai berikut : 
Minahasa berasal dari kata MINAESA yang berarti persatuan. Pada awalnya Minahasa dikenal dengan nama MALESUNG.
Berdasarkan penyelidikan dari Wilken dan Graafland, bahwa pemukiman nenek moyang orang Minahasa dahulunya berada di sekitar pegununggan Wulur Mahatus, kemudian berkembang dan berpindah ke Mieutakan, yakni daerah sekitar Tompaso Baru Kabupaten Minahasa Selatan saat ini.
Orang Minahasa yang dikenal dengan keturunan Toar Lumimuut pada waktu itu dibagi dalam tiga golongan, yaitu : Makarua Siow, yakni para pengatur Ibadah dan Adat; Makatelu Pitu, yakni yang mengatur pemerintahan; dan Pasiowan Telu, yakni rakyat.
Berdasarkan penyelidikan dari Dr. J. P. G. Riedel, bahwa sekitar tahun 670 di tanah Minahasa telah terjadi suatu musyawarah yang bertempat di Watu Pinawetengan dengan maksud untuk menegakkan adat istiadat serta pembagian tanah Minahasa.
Pembagian tanah Minahasa tersebut dibagi dalam beberapa anak suku, yaitu : Anak suku Tontewoh (Tonsea) wilayahnya di timur laut; Anak suku Tombulu wilayahnya di utara; Anak suku Toulour wilayahnya di timur (Atep); dan Anak suku Tompekawa wilayahnya di barat laut menempati sebelah timur tombasian besar.
Pada saat itu  belum semua daratan tanah Minahasa ditempati, baru sampai di garisan sungai Ranoyapo, sungai Rumbia, gunung Soputan, dan gunung Kawatak.
Pada permulaan  abad XV seiring dengan semakin berkembangnya keturunan Toar Lumimuut dan terjadinya perang dengan orang Bolaang Mongondow (Bolmong), maka penyebaran penduduk makin meluas keseluruh tanah Minahasa. Hal ini sejalan dengan perkembangan anak suku Tonsea, Tombulu, Toulour, Tountemboan, Tonsawang, Ponosakan, dan Bantik.
Orang Minahasa sejak dahulu tidak mengenal adanya pemerintahan yang diperintah oleh seorang raja, namun yang ada adalah pemerintahan dengan istilah : Walian, yakni pemimpin agama, adat, dan dukun; Tonaas, yakni orang keras yang ahli dibidang pertanian dan kewanuaan dimana mereka dipilih menjadi kepala walak; Teterusan, yakni panglima perang; dan Potuasan, yakni penasehat.
Tanah Minahasa di Provinsi Sulawesi Utara oleh Pemerintah Republik Indonesia (RI) dijadikan sebagai salah satu daerah otonom (Lembaran Negara  Nomor. 64 Tahun 1919). Saat itu tanah Minahasa terbagi dalam 16 distrik, yakni Distrik Tonsea, Distrik Manado, Distrik Bantik, Distrik Maumbi, Distrik Tondano, Distrik Touliang, Distrik Tomohon, Distrik Sarongsong, Distrik Tombariri, Distrik Sonder, Distrik Kawangkoan, Distrik Rumoong, Distrik Tombasian, Distrik Pineleng, Distrik Tonsawang, dan Distrik Tompaso.
Pada tahun 1925 ke 16 distrik tersebut dirampingkan menjadi 6 distrik saja sehingga hanya ada Distrik Manado, Distrik Tonsea, Distrik Tomohon, Distrik Kawangkoan, Distrik Ratahan, dan Distrik Amurang.
Sejalan dengan perkembangan otonomi di Indonesia, maka Distrik Manado menjadi Wilayah Kota Manado sebagai Ibu Kota Provinsi Sulawesi Utara. Kemudian status Kecamatan Bitungberdasarkan Peraturan Pemerintah RI Nomor. 4 Tahun 1975 tanggal 10 April 1975 ditetapkan menjadi Kota Administratif Bitung yang selanjutnya pada tahun 1982 ditingkatkan menjadi Kota Bitung.
Dalam rangka meningkatkan daya guna dan hasil guna dalam rentang kendali penyelenggaraan tugas pemerintahan, pelaksanaan pembangunan serta pembinaan dan pelayanan masyarakat, maka Minahasa Selatan (Minsel) dan Tomohon ditetapkan menjadi kabupaten dan kota melalui Undang-Undang (UU) Nomor. 10 tahun 2003 tertanggal 25 Pebruari 2003. Pada tanggal 21 Nopember 2003 dengan UU Nomor. 33 Tahun 2003 Kabupaten Minahasa Utara ditetapkan  juga menjadi daerah otonom yang baru. Kabupaten Minahasa Selatan pada tanggal 23 Mei 2007 juga telah memekarkan dan membentuk Kabupaten Minahasa Tenggara (Mitra).
Dengan adanya pemekaran dan pembentukan kabupaten dan kota tersebut, maka tanah Minahasa saat ini terdiri dari empat kabupaten dan tiga kota, yakni  masing-masing Kabupaten Minahasa (induk), Kabupaten Minahasa Selatan (Minsel), Kabupaten Minahasa Utara (Minut), Kabupaten Minahasa Tenggara (Mitra), Kota Manado, Kota Bitung, dan Kota Tomohon.
Berdasarkan aspirasi yang tumbuh dan berkembang dalam sanubari masyarakat Minahasa bagian barat, yakni yang terdiri dari wilayah Kecamatan Tombulu, Kecamatan Pineleng, Kecamatan Mandolang, Kecamatan Tombariri, dan Kecamatan Tombariri Timur serta masyarakat Minahasa di wilayah Kawangkoan dan wilayah Langowan,  pada saat ini pula telah menginginkan adanya pemekaran dan pembentukan kabupaten dan kota, yakni Kabupaten Minahasa Barat (Minbar), Kota Kawangkoan, dan Kota Langowan.


HYGIENE INDUSTRI “PENGAMATAN DI TEMPAT KERJA (DI PERTAMINA) ”



MAKALAH
MATA KULIAH: HYGIENE INDUSTRI
“PENGAMATAN DI TEMPAT KERJA (DI PERTAMINA) ”
     DOSEN:
dr. Vanda Doda, MOH, PhD
Di susun Oleh :
05-KESKER

NAMA
      NIM
Nicia Mamusung
      14111101215
Pujiati K D Rompas
      14111101303
Theresa C Mandang
      14111101326
Yosua Malendes
      14111101340           
Efny Saerang
      14111101417



FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SAMRATULANGI
MANADO
2016




KATA PENGANTAR 

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa telah memberikan segala limpah rahmat, bimbingan dan petunjuk, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari sepenuhnya  bahwa penulisan dan penyusunan makalah ini tidak mungkin terselesaikan dengan baik tanpa bantuan dan dukungan dari semua pihak.
Tiada gading yang tak retak, begitulah juga dengan makalah ini yang memerlukan saran dan kritik demi kesempurnaannya. Akhir kata, kepada semua pihak, kritik dan saran selalu kami nantikan untuk perbaikan makalah ini. Semoga karya yang kecil ini bisa menjadi kecambah yang membingkai keilmuan bagi setiap para pembacanya.








Manado, 11             Oktober 2016

Penyusun






i


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR           ………………………………………            i
DAFTAR ISI                          ………………………………………            ii
BAB I PENDAHULUAN     ………………………………………            1
     1.1 Latar Belakang             ………………………………………            1
     1.2 Rumusan Masalah        ………………………………………            1
BAB II PEMBAHASAN      ………………………………………            2
     2.1 Dengan Hazard             ………………………………………           2-3
     2.2 Tingkatan Pencegahan ………………………………………            3-4
     2.3 Tujuan Identifikasi       ………………………………………            5
BAB III PENUTUP               ………………………………………            6
     3.1 Kesimpulan                  ………………………………………            6
     3.2 Saran                            ………………………………………            6
DAFTAR PUSTAKA                        ………………………………………            7
LAMPIRAN FOTO               ………………………………………            8












ii

BAB I
PENDAHULUAN
2.1 LatarBelakang
Pada kegiatan pengkajian resiko (risk assessment), hirarki pengendalian merupakan salah satu hal yang sangat di perhatikan. Memberikan manfaat secara efektifitas dan efesiensi sehingga resiko menurun dan menjadi resiko yang bisa diterima bagi suatu organisasi. 
Hirarki pengendalian atau hierarchy of control memiliki dua dasar pemikiran dalam menurunkan resiko yaitu memalui menurunkan probilitas kecelakaan atau paparan serta menurunkan tingkat keparahan suatu kecelakaan atau paparan.

2.2 RumusanMasalah
            Rumusan Masalah yang kami kaji yaitu:
1. Hal-hal apa yang terkait dalam hazard pengendalian?
2. Tingkatan Pencegahan apa yang dipakai dalam pengendalian resiko?
3. Tujuan dari identifikasi bahaya dan resiko?








1


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pekerjaan di Tempat Kerja yang Meliputi Hazard

1.      Hazard Biologi
Hazard biologi adalah potensi bahaya yang timbul dari factor makhluk hidup. Biasanya berada di lingkungan yang tidak bersih atau kotor. Contoh yang berkaitan dengan Pekerjaan di tempat kerja di Pertamina, yaitu: keadaan lingkungan kerja yang kotor, akan menyebabkan berbagai jenis penyakit bahkan akan mengakibatkan produktifitas dari pekerja menurun.
Yang terkandung didalamnya yaitu jamur, virus, bakteri, mikroorganisme, tanaman, binatang.

2.      Hazard Kimia
Hazard kimia adalah potensi bahaya yang disebabkan oleh sifat dan karakteristik kimia yang dimiliki bahan tersebut. Contoh yang berkaitan dengan Pekerjaan di tempat kerja di Pertamina atau daftar potensi bahaya yang bisa di dapat yaitu: zat yang terhirup. Ketika pekerja tidak memakai Alat Pelindung Diri, seperti masker. Akan menyebabkan pusing karena menghirup uap bensin, dada akan merasa sesak, dan bisa saja akan menyebabkan penyakit ISPA ( Infeksi Saluran Pernapasan Akut).
Yang terkandung di dalamnya yaitu: bahan/ material/ gas/ uap/ debu/ cairan beracun, berbahaya, mudah meledak/ menyala/ terbakar, korosif, iritan, bertekanan, reaktif, radioaktif, oksidator, penyebab kanker, bahaya pernapasan


3.      Hazard Fisika/ Fisik
Hazard Fisik adalah potensi bahaya yang disebabkan oleh factor fisik dari seseorang yang sedang melakukan pekerjaan, yang biasanya berkaitan dengan peralatan juga seperti bahaya listrik dan lain-lain. Contohnya yang berkaitan dengan topic ini yaitu: ada larangan-larangan yang dibuat seperti dilarang merokok dan sebagainya ketika melanggar pasti ada akibat yang akan terjadi.



2
Yang terkandung di dalamnya yaitu: infrastruktur, mesin /alat / perlengkapan/ kendaraan/ alatberat, ketinggian, tekanan, suhu, ruangterbatas/ terkurung, cahaya, listrik, radiasi, kebisingan, getaran, danventilasi.

4.      Hazard Psikologis
Hazard Psikologis adalah potensi bahaya yang disebabkan terjadinya suatu konflik dalam lingkungan kerja tersebut. Hubungannya, yaitu semakin banyak konflik yang dihadapi saat bekerja, semakin tidak efisien dan malah banyak menimbulkan bahaya yang terjadi. Pengendaliannya biasanya menggunakan managemen konflik dan ketetapan disiplin saat bekerja sehingga tidak akan menimbulkan stress kerja. Dan juga berlebihnya beban kerja, komunikasi, pengendalian manajemen, lingkungan social tempat kerja, kekerasan dan intimidasi saat bekerja.

5.      Hazard Ergonomi
Hazard ergonomic adalah potensi bahaya yang disebabkan terjadi karena tidak efisiennya hubungan alat kerja dengan manusianya. Contohnya dengan pekerja yang bekerja di Pertamina yaitu: tidak memakai Alat Pelindung Diri (APD), waktu istirahat yang tidak tepat dan lain-lain.

2.2 Tingkatan Pencegahan
Tingkatan Pencegahan meliputi 5 tahapan:
1.      Pengendalian Eliminasi
Pengendalian ini dengan cara eliminasi/ menghilangkan bahaya yang dilakukan pada saat desain atau pada saat bekerja dengan tujuan untuk menghilangkan kemungkinan kesalahan manusia dalam menjalankan suatu system karena adanya kekurangan pada desain atau alat. Contohnya: alat/barang yang sudah berkarat atau sudah tidak layak dipakai sebaiknya tidak digunakan lagi atau di hilangkan.

2.      Pengendalian Subsitusi
Pengendalian ini dilakukan dengan cara menganti barang dan, proses operasi ataupun peralatan dari berbahaya menjadi lebih tidak berbahaya. Dengan pengendalian ini menurunkan bahaya resiko. Contohnya: mengurangi interaksi mesin-mesin berbahaya dengan operator yang digunakan, menganti barang-barang yang sudah berkarat dengan barang yang baru agar mengurangi bahaya yang akan terjadi seperti kebakaran dan lain-lain. 

3


3.      Pengendalian Engineering ( Engineering Control)
Pengendalian resiko dengan cara ini misalnya dengan melakukan perubahan desain system kerja. Contohnya: sebaiknya saat bekerja mengisi bensin, para pekerja menggunakan masker agar tidak terjadi hal-hal yang tidak di inginkan, seperti pusingdll. Atau memodifikasi/ perancangan alat atau mesin tempat kerja agar lebih aman.

4.      Pengendalian Administratif
Pengendalian administrative, yaitu pembuatan Standard Operating Procedure (SOP), pembuatan waktu gilir kerja (shift work), rotasi dan lain-lain. Serta membuat Pelatihan dan menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) saat bekerja.

5.      Alat Pelindung Diri
Pengendalian ini menggurangi bahaya resiko yang akan terjadi. Dengan menggunakan:
-          Masker : agar ketika mengisi bensin/ terhirup uap bensin tidak pusing, dan agar tidak terjadi penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA).
-          Sarung Tangan sebaiknya digunakan saat bekerja agar tidak terpapar langsung dengan alat yang ada agar terhidar dari bakteri, virus dan lain-lain yang akan mengakibatkan penyakit
-          Menggunakan Helmet 
-          Menggunakan Pakaian Pekerjaan
Pemeliharaan dan pelatihan menggunakan APD sangat dibutuhkan untuk meningkatnya efektifitas manfaat dari alat tersebut.









4
2.3 Tujuan Identifikasi
Tujuan dari identifikasi bahaya dan risiko, yaitu:
1.      Untuk mengetahui jenis bahaya dan risiko
2.      Untuk mengetahui sumber bahaya dan risiko
3.      Untuk mengetahui pekerja yang terpajan bahaya dan risiko
4.      Untukmengetahuibesaranbahayadantingkatrisiko
5.      Untuk mengetahui  pengendalian yang sudah dilakukan
6.      Untuk mengetahui program yang diperlukan




















5

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Hazard yang terkandung dalam kajian ini meliputi:
1.      Hazard Biology
2.      Hazard Kimia
3.      Hazard Fisika
4.      Hazard Psikologis
5.      Hazard Ergoomi
Yang semua saling berkaitan bahkan sangat mempengaruhi dengan lingkungan sehari-hari, sehingga mempengaruhi tingkatan pencegahan.

3.2 Saran
Penyusunan makalah ini kami tau masih banyak sekali kekurangan, namun segalah usaha yang terbaik sudah kemi lakukan. Untuk itu dibalik semua kekurangan makalah ini, kelompok sangat mengharapkan kritik atau pun saran dari kelompok lain untuk menunjang pembuatan makalah kami agar lebih baik lagi.









6

DAFTAR PUSTAKA

















7

LAMPIRAN



















8